Selasa, 01 Desember 2015

Pesan Sri Rama

"MENGINGAT PESAN SRI RAMA...."
(Cinta untuk Teluk Benoa: Pembangunan tanpa misi penyelamatan,
 tidak dapat ditoleransi!)




Dahulu kala...., Sri Rama berpikir keras untuk mencari jalan keluar agar bisa menyebrangi samudra menuju Alengka mencari Sita.... Ia pun meminta pertimbangan kepada Sugriwa, Hanoman dan juga Vibhisana... "apa yang harus kita perbuat sahabat-sahabat-Ku...?".

Awalnya, saya berpikir, "aneh.....!!!!!!".

Megingat Sri Rama adalah titisan Bhatara Visnu, Ia tidak perlu sampai berpikir begitu keras untuk menyeberang sampai ke Alengka.... Ia yang memiliki dan menguasai semesta ini....bahkan dalam Bhagavata Purana I.22 dijelaskan bahwa "...Rama adalah pengendali samudra...", apa yang tidak bisa Ia perbuat...!! apalagi hanya menyeberangi samudra kecil itu... sebagai sosok manusia, Beliau juga memiliki senjata-senjata sakti yang dapat mengeringkan lautan dengan seketika atau pun menghancurkan musuh dari jarak yang jauh, seperti senjata Brahmastra yang Ia miliki misalnya...!Ternyata tidak demikian rupanya.... Sri Rama sedang berpesan kala itu kepada seluruh makhluk, terutama pesan itu ditujukan kepada makhluk yang bernama MANUSIA-bagaimana cara MENGHORMATI LAUT....... lebih tepatnya,kepada kita yang terlahir saat ini.... 

1. Atas saran penguasa laut.... Sri Rama HANYA diberikan ijin untuk mengapungkan batu di atas permukaan laut sebagai jembatan... kala itu dibantu oleh ahli bangunan Vanara Nal dan Nil yang tiada lain putra Bhatara Visvakarma.... Artinya, Sri Rama tidak diberikan ijin untuk MEREKLAMASI lautan yang dapat merugikan unsur-unsur keseimbangan PANCA MAHABUTA...bahkan saat proses pengapungan batu di permukaan laut, Sri Rama pun melakukan pemujaan yang sangat hebat kepada Bhatara Shiva, sehingga tempat itu pun disebut Ramaisvara...... tempat penghormatan Sri Rama pada Bhatara Shiva...

2. Sri Rama melakukan pengapungan batu di permukaan laut untuk dijadikan jembatan menuju Alengka adalah dalam rangka misi penyelamatan simbolik sosok IBU ALAM SEMESTA yakni Ibu SIta... dari apa Ibu Sita diselamatkan...? Dari MATERIALISTIK....!!! Siapa dalam hal ini tokoh materialistik...? RAHWANA....!!!!. Rahwana adalah perenggut kehormatan, keselarasan, keseimbangan dan juga kedamaian Akasa dan Prtivi... Ibu dan Bapak Semesta... Rama dan Sita....

Sangat jelas... pembangunan yang tidak memiliki misi penyelamatan... tidak dapat ditoleransi.... Apalagi pembangunan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan materialistik segelintir atau sekelompok orang yang buas dan serakah seperti Rahwana... (TIDAKKAH KAU DENGAR RINTIHAN IBU SITA.....?)

Kamis, 05 November 2015

Sebun Bangkung

"SEBUN BANGKUNG"

Mengapa salah satu hasil karya sastra seorang guru besar seperti Dang Hyang Nirarta berkonotasi jorok dan kumal? Bagi orang awam, pertanyaan demikian sah-sah saja..!. Namun pernahkah kita berpikir bahwa, dibalik konotasi jorok dan kumal itu ada sebuah pesan yang maha agung...? Pernahkah kita berusaha untuk memahaminya...?. Bagi para maha rsi, bagi para avatara, nabi, masias, buddha, para sufi dan para kaum spiritualitas, hal semacam ini bukanlah hal yang baru atau asing untuk didengar atau diperbincangkan. Mengapa? Karena bahasan semacam ini telah menjadi menu makanan dalam keseharian menuju yang disebut Samadhi, Tauhid atau dalam kesadaran Advaita.

Sebun Bangkung memberikan interprestasi bahwa tidak ada yang sifatnya tidak berguna, tidak perlu dan semua berfungsi. Perhatikanlah, bukankah tempat sempah yang sering kita pandang sebelah mata dan sering kita jejali sampah adalah salah satu alasan yang menyebabkan halaman rumah dan badan kita menjadi bersih dan indah? Bukankah sampah yang kotor dan berbau busuk yang menjadi salah satu alasan mengapa tanaman kita menjadi berbunga dan berbuah? Bukankah dengan adanya lubang anus akhirnya kita bisa bernafas dengan lega setiap hari?. Para orang-orang suci kita pun demikian adanya, kehadiran Kamsa dan Kurava adalah penyebab Sri Krshna hadir dan pencerahannya dapat kita nikmati hingga hari ini, bukankah Sang Buddha hingga menemukan pencerahan akibat penderitaan-penderitaan yang ia temukan?. Dalam tataran ini, semua yang sering kita anggap jorok, hina, negatif adalah kesatuan yang tidak dapat kita pisahkan dalam rangkaian semesta raya. Semua saling dan sedang bersinergi.
Mari... manfaatkan dengan baik semua anugerah Tuhan....

Selasa, 23 Juni 2015

Upavasa

Hakekat Upavasa


Keberadaan puasa sesungguhnya adalah sebagai disiplin spiritual. Sebagai disiplin, puasa ini dilakukan hampir disetiap agama yang ada di dunia. Puasa di dalam Hindu disebut Upavasa. Upavasa adalah bagian dari tapa—pengendalian diri dari nafsu-nafsu duniawi dalam sebuah disiplin spiritual. Upavasa berasal dari kata “Upa” yang berarti “Dekat” dan “Vasa” yang berarti “Kuasa―Penguasaan”. Upavasa dalam pengertiannya adalah upaya untuk dekat dengan sifat-sifat ke-Tuhan-nan melalui penguasaan diri dari makanan. Oleh karenanya upavasa tidak seharusnya dikait-kaitkan dengan pahala dan dosa. Tidak upavasa—dosa. Melakukan upavasa—berpahala. Gaya berpikir itu hanyalah untuk anak-anak saja, agar mereka termotivasi untuk melakukan upavasa itu. Jika telah Devasa, upavasa harus dipahami sebagai upaya disiplin spiritual untuk keseimbangan jasmani dan rokhani. 


Rabu, 17 Juni 2015

"Guru Visesa"

    "Guru Visesa"


Guru Visesa selama ini diartikan sebagai bagian dari empat jenis guru yang patut dihormati oleh umat Hindu, terutama bagi para sisya dalam konsep ajaran Catur Guru. Dibalik itu, jujur saya sering terusik. Keterusikan saya, ketika saya mengingat Ibu dan Bapak guru saya di sekolah sering mengatakan bahwa, "Guru Visesa adalah bapak dan ibu pemerintah".

Melihat realitas bapak-bapak pemerintah seperti dewasa ini, korupsi, kolusi dan nepotisme sering menjadi selimut dalam setiap tayangannya. Belum lagi bapak-bapak pemerintah yang terjatuh dalam kawah Narkoba. Padahal seorang Guru dalam arti yang sesungguhnya, adalah ibarat para Dewa yang turun ke bumi_guru devo bhava. Oleh karenanya, Guru adalah ia yang menyelimuti dirinya dengan cahaya yang penuh kasih dan kebijaksanaan bagi kemanusiaan. Pertayaanya, relevankah predikat Guru Visesa bagi bapak dan ibu pemerintah dewasa ini....?

Kajeng Kliwon

Kajeng Kliwon: Sebuah Refleksi Kedalam Diri


Di zaman kerajaan Bali yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Udayana Warmadewa [abad 9 Masehi] pernah terjadi sebuah “keributan” yang berbau kepercayaan [Sekta]. Kala itu menurut catatan sejarah ada sembilan sekta yang berkembang di Bali.  Diantaranya Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Diantara semua sekte yang ada, sekte Siwa Siddhanta yang paling dominan pemeluknya. Keributan ini pun akhirnya mengundang kehadiran seorang Mpu dari Jawa atas permintaan raja Udayana Warmadewa. Sang Mpu ini bergelar Mpu Kuturan. Kemudian atas prakarsa Sang Mpu, semua para pengikut dari ke sembilan sekte dipertemukan. Tentu dengan kharisma Sang Mpu Kuturan, mampu menghipnotis pertemuan itu menjadi sebuah awal peradaban baru yang segar bagi kehidupan beragama di Bali. Ke Sembilan sekte akhirnya dilebur, dikristalisasi menjadi satu—semacam lawar Bali, semua bumbu menjadi satu kesatuan untuk menciptakan rasa nikmat bagi lidah. Namun walaupun dilebur, harus tetap memiliki identitas; dengan penuh keiklasan sekte Siwa Siddhanta akhirnya menjadi rumah kebersamaan dari kedelapan sekte.

Mantra Upasana


Buku Mantra Upasana adalah buku yang di dalamnya terhimpun mantra-mantra Hindu yang dapat digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat Hindu, baik dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua dalam kehidupan sehari-hari untuk memuja Sang Hyang Widhi. Buku Mantra Upasana adalah buku doa praktis (saku) paling lengkap dari buku-buku doa agama Hindu yang pernah ada. Di dalamnya juga diuraikan mengenai Japa. Japa adalah salah satu jenis yajna yang sangat agung di zaman kali. Diantaranya mengenai pengertian Japa, keagungan Japa, persiapan Japa, sarana ber-Japa, etika menggunakan Japamala/Genitri, mantra Japa dan manfaat Japa.

Pemesanan buku Mantra Upasana dapat berjumlah banyak maupun sedikit/eceran. Harga Rp. 16.000-per satu buku.

Bagi umat sedharma, yang berminat dengan buku Mantra Upasana-Himpunan Doa Hindu, dapat menghubungi, Hp. 085233222873. Lewat Facebook saya, Heri Dianandika. Lewat E-mail, dianandikah@gmail.com

Matur Suksma....

Semerbak Upakara


Semerbak Upakara Yajna di Zaman Industri:
Antara Eksistensi Alam dan Konsumtifisme



Hindu sebagai agama mayoritas di Bali tentu memiliki kedudukan yang sangat fundamental dalam berbagai hal, terutama dalam bidang agama itu sendiri, budaya dan adat istiadat serta sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu tidak salah jika Hindu dikatakan sebagai jiwa daripada segala aktifitas masyarakat Bali pada umumnya. Hindu yang hadir dan terintegrasi dengan kehidupan masyarakat Bali sangat bersifat luwes. Luwes dalam arti sangat menghargai nilai-nilai tradisi yang baik dan benar serta sesuai dengan ajaran Veda dalam setiap segala sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali pada khususnya. Karena Veda sebagai kitab suci agama Hindu yang berasal dari sabda Tuhan tidaklah bersifat diskriminasi terhadap keragaman. Ajaran Veda sangat memahami bahwa untuk menyamakan wajah setiap orang yang berbeda adalah sebuah kebodohan. Keberagaman bagi Veda yang diimani oleh umat Hindu adalah sebuah keniscayaan dan juga anugerah yang mesti disyukuri.