Kamis, 05 November 2015

Sebun Bangkung

"SEBUN BANGKUNG"

Mengapa salah satu hasil karya sastra seorang guru besar seperti Dang Hyang Nirarta berkonotasi jorok dan kumal? Bagi orang awam, pertanyaan demikian sah-sah saja..!. Namun pernahkah kita berpikir bahwa, dibalik konotasi jorok dan kumal itu ada sebuah pesan yang maha agung...? Pernahkah kita berusaha untuk memahaminya...?. Bagi para maha rsi, bagi para avatara, nabi, masias, buddha, para sufi dan para kaum spiritualitas, hal semacam ini bukanlah hal yang baru atau asing untuk didengar atau diperbincangkan. Mengapa? Karena bahasan semacam ini telah menjadi menu makanan dalam keseharian menuju yang disebut Samadhi, Tauhid atau dalam kesadaran Advaita.

Sebun Bangkung memberikan interprestasi bahwa tidak ada yang sifatnya tidak berguna, tidak perlu dan semua berfungsi. Perhatikanlah, bukankah tempat sempah yang sering kita pandang sebelah mata dan sering kita jejali sampah adalah salah satu alasan yang menyebabkan halaman rumah dan badan kita menjadi bersih dan indah? Bukankah sampah yang kotor dan berbau busuk yang menjadi salah satu alasan mengapa tanaman kita menjadi berbunga dan berbuah? Bukankah dengan adanya lubang anus akhirnya kita bisa bernafas dengan lega setiap hari?. Para orang-orang suci kita pun demikian adanya, kehadiran Kamsa dan Kurava adalah penyebab Sri Krshna hadir dan pencerahannya dapat kita nikmati hingga hari ini, bukankah Sang Buddha hingga menemukan pencerahan akibat penderitaan-penderitaan yang ia temukan?. Dalam tataran ini, semua yang sering kita anggap jorok, hina, negatif adalah kesatuan yang tidak dapat kita pisahkan dalam rangkaian semesta raya. Semua saling dan sedang bersinergi.
Mari... manfaatkan dengan baik semua anugerah Tuhan....