Senin, 21 Desember 2015

Kepingan Hasrat Arjuna

KEPINGAN HASRAT ARJUNA DI MINTURAGA INDRAKILA


"Engkau mengendalikan seluruh alam semesta, Engkau adalah intisari Kebenaran yang tertinggi, Engkau sungguh bersifat rahasia, kasihMU menyusup dalam ada dan tiada, besar dan kecil serta benar dan salah atau baik dan buruk, Engkau adalah penyebab segala yang ada yang mengalami lahir hidup dan mati, Engkau adalah asal dan kembalinya seluruh jagat, Engkau sesungguhnya nyata dan tidak nyata…"

…lantunan pujian Arjuna kepada Bhatara Shiva memberikan pesan luhur—mengajak kita untuk menerima pengalaman seutuhnya. Suka tanpa duka tidaklah utuh. Panas tanpa dingin tidaklah utuh. Hitam tanpa putih juga tidak utuh. Penerimaan semacam ini mampu membebaskan rasa kesal kita, rasa kecewa kita. Karena suka tidak bisa eksis tanpa duka. Timbunan duka yang makin tinggi itulah kemudian runtuh dan menciptakan kelegaan atau suka. Kemudian jika suka menumpuk pun kita menjadi bosan, jenuh dan akhirnya duka.

Selasa, 08 Desember 2015

Menghormati Guru dari Agama Lain...

“Menghormati Guru dari Agama Lain”

“Vidya gurusvetadeva nitya vrttih svayonisu,
pratisedhatsu cadharman hitam copadisat svapi"
 [Manavadharmasastra, II.206]



 “Demikian juga hendaknya tingkah lakunya kepada guru-guru lain dibidang ilmu pengetahuan, [seorang sisya-pen]harus hormat kepada semua orang yang bisa memberikan nasehat yang baik”

[Sentuhlah kaki guru yang mengajarkan prinsip-prinsip Veda]
Pada dasarnya, semua guru dalam setiap agama yang ada di dunia ini menginginkan seluruh sisyanya hidup dalam kedamaian. Jika semua guru di setiap agama memiliki tujuan demikian, maka semua guru dalam agama yang berbeda-beda memiliki tujuan yang sama. Setidaknya, alasan inilah yang dapat dijadikan landasan setiap umat beragama untuk menghormati keberadaan guru dalam agama lain. Demikian pula patut menjadi perhatian bagi sisya-sisya Hindu. Di dalam pandangan pendidikan Hindu, Sisya-sisya Hindu tidak dibenarkan untuk tidak menghormati keberadaan guru lain selain guru-guru yang sering mengajarnya. 

Sabtu, 05 Desember 2015

Merajut Nusvantara

“MERAJUT NUSVANTARA”


Dahulu kala…. sebelum agama-agama datang ke Nusvantara, tetua kita sudah beradab... sudah bermoral... Nusvantara adem-adem saja.... air sungainya mengalir dengan tenang, ikan-ikan berenang dengan damai… gunung-gunung menjulang tinggi yang dihiasi rumput hijau, bunga-bunganya indah berwarna-warni…. burung-burung menari dengan girang… kidung-kidung suci dengan lantunan khas Nusvantara bergema dimana-mana... khas Java... Bali.. Sunda.. Bugis... Toraja.. Kaili... dan ratusan suku lainnya...tidak ada penjahat yang namanya mendunia, tidak ada Rahvana, tidak ada Duryudana, tidak ada Sakuni, tidak ada Yehudas, tidak ada Dewadatta, tidak ada kaum Jahillia... Itulah sebabnya Hyang Esa tidak mengirim secara khusus nama Avatara, Nabi, Maharsi, Lama, Penyair yang namanya besar seperti di negeri asal agama-agama yang masuk ke Nusvantara....

Sungguh tidak cerdas, jika agama-agama yang datang dari berbagai negeri itu membuat kita porak-poranda di dalam persaudaraan... sungguh miris, jika agama-agama yang datang dari berbagai negeri itu menjadikan kita memperkosa budaya luhur yang telah diwariskan tetua kita... leluhur kita... Kebanggaan Nusvantara dimata dunia adalah kebudayaan itu... agama yang ada di Nusvantara sekarang ada juga di seluruh dunia, tetapi kebudayaan khas Nusvantara tampil beda dari seluruh negara di dunia. Perhatikanlah negara-negara maju di belahan dunia ini... semua menghargai kebudayaannya.... bahkan ada negara yang miskin kebudayaan, sampai-sampai ingin ikut memiliki kebudayaan negara lain dengan cara yang tidak sopan...

kebudayaan yang kaya menjadikan Nusvantara menjadi UNIK dan MENARIK... TAMPIL BEDA... hal inilah sejatinya SPIRIT KEBANGSAAN KITA... CIRI KEBANGSAAN KITA... Seharusnya, saat ini kita tetap pada spirit dan ciri itu... walaupun agama yang datang ke-Nusvantara beragam dari berbagai belahan di dunia; datang dari negeri Bharata... dari Negeri Padang Pasir... negeri Sakura... Negeri Tirai Bambu... Negeri Gunug Bersalju… dan negeri-negeri lainnya... kebudayaan Nusvantara yang dianugerahkan oleh Hyang Esa melalui para Tetua jangan dilupakan!!!!!

Selasa, 01 Desember 2015

Pesan Sri Rama

"MENGINGAT PESAN SRI RAMA...."
(Cinta untuk Teluk Benoa: Pembangunan tanpa misi penyelamatan,
 tidak dapat ditoleransi!)




Dahulu kala...., Sri Rama berpikir keras untuk mencari jalan keluar agar bisa menyebrangi samudra menuju Alengka mencari Sita.... Ia pun meminta pertimbangan kepada Sugriwa, Hanoman dan juga Vibhisana... "apa yang harus kita perbuat sahabat-sahabat-Ku...?".

Awalnya, saya berpikir, "aneh.....!!!!!!".

Megingat Sri Rama adalah titisan Bhatara Visnu, Ia tidak perlu sampai berpikir begitu keras untuk menyeberang sampai ke Alengka.... Ia yang memiliki dan menguasai semesta ini....bahkan dalam Bhagavata Purana I.22 dijelaskan bahwa "...Rama adalah pengendali samudra...", apa yang tidak bisa Ia perbuat...!! apalagi hanya menyeberangi samudra kecil itu... sebagai sosok manusia, Beliau juga memiliki senjata-senjata sakti yang dapat mengeringkan lautan dengan seketika atau pun menghancurkan musuh dari jarak yang jauh, seperti senjata Brahmastra yang Ia miliki misalnya...!Ternyata tidak demikian rupanya.... Sri Rama sedang berpesan kala itu kepada seluruh makhluk, terutama pesan itu ditujukan kepada makhluk yang bernama MANUSIA-bagaimana cara MENGHORMATI LAUT....... lebih tepatnya,kepada kita yang terlahir saat ini.... 

1. Atas saran penguasa laut.... Sri Rama HANYA diberikan ijin untuk mengapungkan batu di atas permukaan laut sebagai jembatan... kala itu dibantu oleh ahli bangunan Vanara Nal dan Nil yang tiada lain putra Bhatara Visvakarma.... Artinya, Sri Rama tidak diberikan ijin untuk MEREKLAMASI lautan yang dapat merugikan unsur-unsur keseimbangan PANCA MAHABUTA...bahkan saat proses pengapungan batu di permukaan laut, Sri Rama pun melakukan pemujaan yang sangat hebat kepada Bhatara Shiva, sehingga tempat itu pun disebut Ramaisvara...... tempat penghormatan Sri Rama pada Bhatara Shiva...

2. Sri Rama melakukan pengapungan batu di permukaan laut untuk dijadikan jembatan menuju Alengka adalah dalam rangka misi penyelamatan simbolik sosok IBU ALAM SEMESTA yakni Ibu SIta... dari apa Ibu Sita diselamatkan...? Dari MATERIALISTIK....!!! Siapa dalam hal ini tokoh materialistik...? RAHWANA....!!!!. Rahwana adalah perenggut kehormatan, keselarasan, keseimbangan dan juga kedamaian Akasa dan Prtivi... Ibu dan Bapak Semesta... Rama dan Sita....

Sangat jelas... pembangunan yang tidak memiliki misi penyelamatan... tidak dapat ditoleransi.... Apalagi pembangunan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan materialistik segelintir atau sekelompok orang yang buas dan serakah seperti Rahwana... (TIDAKKAH KAU DENGAR RINTIHAN IBU SITA.....?)