Senin, 21 Desember 2015

Kepingan Hasrat Arjuna

KEPINGAN HASRAT ARJUNA DI MINTURAGA INDRAKILA


"Engkau mengendalikan seluruh alam semesta, Engkau adalah intisari Kebenaran yang tertinggi, Engkau sungguh bersifat rahasia, kasihMU menyusup dalam ada dan tiada, besar dan kecil serta benar dan salah atau baik dan buruk, Engkau adalah penyebab segala yang ada yang mengalami lahir hidup dan mati, Engkau adalah asal dan kembalinya seluruh jagat, Engkau sesungguhnya nyata dan tidak nyata…"

…lantunan pujian Arjuna kepada Bhatara Shiva memberikan pesan luhur—mengajak kita untuk menerima pengalaman seutuhnya. Suka tanpa duka tidaklah utuh. Panas tanpa dingin tidaklah utuh. Hitam tanpa putih juga tidak utuh. Penerimaan semacam ini mampu membebaskan rasa kesal kita, rasa kecewa kita. Karena suka tidak bisa eksis tanpa duka. Timbunan duka yang makin tinggi itulah kemudian runtuh dan menciptakan kelegaan atau suka. Kemudian jika suka menumpuk pun kita menjadi bosan, jenuh dan akhirnya duka.

Di balik rasa kecewa ada rasa tidak puas, rasa tidak puas karena kita mengalami sesuatu yang kita tidak sukai. Kita lebih suka dengan pasangan pengalaman tersebut. Kita suka panas tapi mengalami dingin, maka kita menjadi kesal, gelisah dan marah. Namun jika kita menerima setiap pasangan pengalaman, tidak ada lagi kekecewaan dan kekesalan. Tidak ada pula kegelisahan atau amarah. Kita suka panas dan dingin juga, kita suka manis tapi pedas juga. Dengan demikian gugurlah suka dan duka, yang tersisa hanyalah kebahagiaan. Inilah yang disebut oleh Arjuna bahwa kasih-Nya menyusup dalam suka dan duka, baik dan buruk serta benar dan salah. Semua bersumber dari-Nya. Karena esensinya adalah Jiwa, maka inilah yang disebut sebagai penyebab; baik lahir karena Jiwa hadir di dalam badan, mati-pun karena Jiwa lepas dari badan. Kemudian sifat nyata dari Bhatara Shiva adalah adanya keesaa-Nya berupa ciptaan material alam semesta. Ketidaknyataan-Nya adalah keesaan-Nya sebagai Jiwa yang bersifat tidak terpikirkan, tidak memiliki nama, tidak memiliki bentuk yang dapat dipahami oleh manusia….

Setelah memahami esensi kehidupan ini, "Arjuna pun akhirnya menerima anugerah Pasupati…." dan... lagi-lagi Arjuna tercengang, ketika Bhatara Shiva bersabda bahwa senjata Pasupati bukanlah berupa senjata material, tapi ia adalah pengetahuan sejati tentang kehidupan yang akan menghantarkan setiap orang yang memahaminya selalu menang dalam setiap pertempuran di lapangan kehidupan. Kemenangan itu berupa terkendalinya sifat-sifat keraksasan atau kebinatangan dalam diri—yang berupa kesombongan, keangkuhan, kemarahan, kebingungan, keserekahan. ”Pasu” berarti ”sifat kebinatangan atau keraksasaan” dan ”Pati” berarti ”Hidup”. Pasupati berarti siapa saja yang mampu mengedalikan sifat kebinatangan atau keraksasaan ia sebenarnya telah menemukan Kesejatian Hidup. Itulah sebabnya menjadi salah satu alasan, di medan pertempuran Kuruksetra Arjuna berhak mendapatkan dharsana dari Sri Krishna berupa Bhagavad Gita—hingga ia diberikan kesempatan melihat personifikasi nyata Kemahakuasaan Tuhan.
MAJENG RING UMAT SEDHARMA, RAHAJENG RAHINA TUMPEK LANDEP….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar