KEPINGAN HASRAT ARJUNA DI MINTURAGA INDRAKILA
"Engkau mengendalikan seluruh alam semesta, Engkau adalah intisari
Kebenaran yang tertinggi, Engkau sungguh bersifat rahasia, kasihMU
menyusup dalam ada dan tiada, besar dan kecil serta benar dan salah atau
baik dan buruk, Engkau adalah penyebab segala yang ada yang mengalami
lahir hidup dan mati, Engkau adalah asal dan kembalinya seluruh jagat,
Engkau sesungguhnya nyata dan tidak nyata…"
…lantunan pujian
Arjuna kepada Bhatara Shiva memberikan pesan luhur—mengajak kita untuk
menerima pengalaman seutuhnya. Suka tanpa duka tidaklah utuh. Panas
tanpa dingin tidaklah utuh. Hitam tanpa putih juga tidak utuh.
Penerimaan semacam ini mampu membebaskan rasa kesal kita, rasa kecewa
kita. Karena suka tidak bisa eksis tanpa duka. Timbunan duka yang makin
tinggi itulah kemudian runtuh dan menciptakan kelegaan atau suka.
Kemudian jika suka menumpuk pun kita menjadi bosan, jenuh dan akhirnya
duka.
Di balik rasa kecewa ada rasa tidak puas, rasa tidak puas
karena kita mengalami sesuatu yang kita tidak sukai. Kita lebih suka
dengan pasangan pengalaman tersebut. Kita suka panas tapi mengalami
dingin, maka kita menjadi kesal, gelisah dan marah. Namun jika kita
menerima setiap pasangan pengalaman, tidak ada lagi kekecewaan dan
kekesalan. Tidak ada pula kegelisahan atau amarah. Kita suka panas dan
dingin juga, kita suka manis tapi pedas juga. Dengan demikian gugurlah
suka dan duka, yang tersisa hanyalah kebahagiaan. Inilah yang disebut
oleh Arjuna bahwa kasih-Nya menyusup dalam suka dan duka, baik dan buruk
serta benar dan salah. Semua bersumber dari-Nya. Karena esensinya
adalah Jiwa, maka inilah yang disebut sebagai penyebab; baik lahir
karena Jiwa hadir di dalam badan, mati-pun karena Jiwa lepas dari badan.
Kemudian sifat nyata dari Bhatara Shiva adalah adanya keesaa-Nya berupa
ciptaan material alam semesta. Ketidaknyataan-Nya adalah keesaan-Nya
sebagai Jiwa yang bersifat tidak terpikirkan, tidak memiliki nama, tidak
memiliki bentuk yang dapat dipahami oleh manusia….
Setelah memahami esensi kehidupan ini, "Arjuna pun akhirnya menerima anugerah Pasupati…." dan... lagi-lagi Arjuna tercengang, ketika Bhatara Shiva bersabda bahwa
senjata Pasupati bukanlah berupa senjata material, tapi ia adalah
pengetahuan sejati tentang kehidupan yang akan menghantarkan setiap
orang yang memahaminya selalu menang dalam setiap pertempuran di
lapangan kehidupan. Kemenangan itu berupa terkendalinya sifat-sifat
keraksasan atau kebinatangan dalam diri—yang berupa kesombongan,
keangkuhan, kemarahan, kebingungan, keserekahan. ”Pasu” berarti ”sifat
kebinatangan atau keraksasaan” dan ”Pati” berarti ”Hidup”. Pasupati
berarti siapa saja yang mampu mengedalikan sifat kebinatangan atau
keraksasaan ia sebenarnya telah menemukan Kesejatian Hidup. Itulah
sebabnya menjadi salah satu alasan, di medan pertempuran Kuruksetra
Arjuna berhak mendapatkan dharsana dari Sri Krishna berupa Bhagavad
Gita—hingga ia diberikan kesempatan melihat personifikasi nyata
Kemahakuasaan Tuhan.
MAJENG RING UMAT SEDHARMA, RAHAJENG RAHINA TUMPEK LANDEP….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar